Wilayah Rancaekek, Jawa Barat, sempat dilanda angin kencang yang bergerak memutar terhadap Rabu (21/2) tempo hari di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat juga melaporkan, sebanyak 835 keluarga terdampak, dan 33 orang luka menekuni perawatan di tempat tinggal sakit.
Meski mempunyai kemiripan pada angin puting beliung dan tornado, tetapi tersedia perbedaan yang lumayan berarti berkenaan kecepatan dan luasan dampak. Pembicaraan soal tornado Rancaekek diawali oleh seorang ahli iklim berasal dari BRIN. Lewat account X-nya, Erma Yulihastin menyebut angin kencang di Rancaekek sebagai tornado pertama yang berjalan di wilayah Indonesia.
BMKG menyebut fenomena Rancaekek sebagai puting beliung. Fenomena puting beliung tersebut berjalan lebih kurang pukul 15.30 – 16.00 WIB, mengakibatkan ikutan dampak angin kencang sampai lebih kurang wilayah Jatinangor. Kondisi angin di lebih kurang Jatinangor terukur terhadap saat jam perihal raih 36,8 km/jam.
Sebutan tornado itu biasa dipakai di wilayah Amerika disaat intensitasnya meningkat lebih dahsyat bersama denganĀ bonus new member 100 kecepatan angin sampai ratusan km per jam bersama dengan dimensi yang benar-benar besar sampai puluhan kilometer dan dapat mengakibatkan rusaknya yang luar biasa.
Teguh menjelaskan, terhadap fenomena angin yang berjalan di Bandung dan Sumedang, tercatat kecepatannya hanya 36,8 km per jam.
Oleh dikarenakan itu, pusaran angin kuat dan merusak yang berjalan di dua wilayah ini bukan juga tornado, tetapi angin puting beliung.
“Di Indonesia fenomena yang mirip tersebut diberikan makna puting beliung bersama dengan karakteristik kecepatan angin dan dampak yang relatif tidak sekuat tornado besar yang berjalan di wilayah Amerika,” katanya.
Dia menambahkan, fenomena angin puting beliung berjalan dikarenakan berasal dari awan cumulonimbus (CB) yang mempunyai karakteristik mengakibatkan terjadinya cuaca ekstrem.
Meskipun begitu tidak tiap-tiap tersedia awan CB dapat mengakibatkan fenomena puting beliung dan itu terkait bagaimana keadaan labilitas atmosfernya.
“Kejadian angin puting beliung dapat berjalan dalam periode saat yang singkat bersama dengan durasi perihal biasanya kurang berasal dari 10 menit,” ucap Teguh.
Teguh meminta kepada pihak-pihak lain sehingga tidak sembatang menyematkan suatu istilah. Hal ini sehingga tidak membawa dampak pembicaraan di ruang publik.
“Kami mengimbau bagi siapa pun yang berkepentingan untuk tidak gunakan makna yang dapat mengakibatkan kehebohan di masyarakat. Cukuplah bersama dengan gunakan makna yang sudah familiar di penduduk Indonesia, sehingga penduduk dapat memahaminya bersama dengan lebih mudah,” ujarnya.
“Secara esensial fenomena puting beliung dan tornado sebenarnya merujuk terhadap fenomena alam yang mempunyai sebagian kemiripan visual yakni pusaran angin yang kuat, berbahaya dan berpotensi merusak,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto dalam info resmi, Kamis (22/2/2024).
Ia mengatakan bahwa makna Tornado itu biasa dipakai di wilayah Amerika dan disaat intensitasnya meningkat sampai ratusan km/jam bersama dengan dimensi yang benar-benar besar sampai puluhan kilometer maka dapat mengakibatkan rusaknya yang luar biasa.
Sementara itu, di Indonesia fenomena yang mirip tersebut diberikan makna puting beliung bersama dengan karakteristik kecepatan angin dan dampak yang relatif tidak sekuat tornado besar yang berjalan di wilayah Amerika